Band Reunion: Two Magic Words

Band Reunios

Band Reunios

‘Band reunion’ bisa jadi dua kata yang paling menarik dan selalu ditunggu oleh para penggemar musik rock terutama ketika dua kata tersebut berkenaan dengan band yang menjadi favorit mereka. Para penggemar bakal merasakan kesegaran baru dengan kesenangan yang akan mereka dapat ketika band pujaan yang mereka pikir hanya akan ada di rekaman usang dan video klip kini akan hadir kembali walaupun belum pernah melihat konser mereka secara langsung atau memang mereka sudah lama tidak tampil di hadapan publik. Namun demikian, dibalik itu semua mungkin juga timbul kekhawatiran apakah mereka bisa memenuhi harapan penggemarnya? Karena bisa jadi harapan para penggemar kadang sering tidak berdasar. Ketika sebuah band melakukan reuni, yang ada di kepala mereka adalah:

  1. Nostalgia
  2. “Reuni” Semu
  3. Mengerjakan album baru

Akhir-akhir ini, banyak sekali band melakukan reuni dan banyak dari mereka sesuai dengan paling tidak salah satu kategori diatas. Dengan melihat fenomena band terkenal atau kurang terkenal berikut ini, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kesalahan mereka di masa lalu. Selama fenomena ini terjadi karena berakhirnya sebuah era musik yang tak bisa dielakkan lagi, maka akan ada banyak band melakukan reuni. Selama bertahun-tahun, fenomena ini berevolusi dari hanya sebuah anomali yang kemudian menjadi sebagian dari proses mempertahankan eksistensi di industri musik. Kadangkala fenomena ini menjadi langkah jitu sebuah band ketika mereka sudah tidak diperhitungkan lagi di industri musik. Mungkin masih ada dalam ingatan beberapa dari kita saat the Byrds mengumumkan reuni di awal 70an, mereka berkumpul kembali dan menelorkan sebuah album yang kurang memenuhi standar karya pendahulu mereka dan kemudian menolak melakukan promo tour setelahnya. Album reuni ini semakin menegaskan bahwa sebuah album reuni adalah sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Daftar panjang kegagalan album reuni ditambah dengan hadirnya The Animals, Jefferson Airplane, Traffic, Temptations and Big Star, yang semakin membuat istilah ‘album reuni’ menjadi dua kata yang berkonotasi buruk.

Meskipun album-album ini masih dipertanyakan tingkat kesuksesannya, banyak juga dari promo tour album tersebut mengalami kesuksesan. Peristiwa ini menciptakan sebuah model baru dalam meraih keuntungan finansial yang masih relevan diilakukan sampai hari ini.

Nostalgia

Nostalgia adalah yang paling jelas di mata para penggemar sebagai alasan jitu untuk sebuah reuni. Mereka memainkan lagu-lagu yang menjadikan mereka besar pada masanya, mengangkat lagi kejayaan karya mereka tersebut dan menunjukkan sekilas proses kreatif yang pernah mereka hasilkan. Di sisi lain, banyak juga band yang hanya reuni untuk sekedar meraup keuntungan dari menjual nama besar mereka. Tidak seperti band kebanyakan, reuni yang dilakukan the Sex Pistols setidaknya mengakui bahwa “we have found a common cause and its your money.”

Nostalgia kadangkala kelewat batas, tapi tidak ada salahnya memberikan kesempatan kepada para penggemar untuk menyaksikan penampilan langsung sebuah band yang mungkin tidak bisa mereka saksikan lihat sebelumnya. Banyak band seperti Dinosaur Jr, Pixies, Slint, Gang of Four, Stooges dan the Velvet Underground melakukan reuni karena memang mereka mampu menghimpun penggemar lebih luas lagi dibandingkan ketika mereka pertama kali muncul. Cara ini membantu band yang musiknya tidak sempat disukai penggemar karena berlalunya waktu. Pada dasarnya, hal ini memberikan kesempatan kedua kepada band yang kurang mendapatkan apresiasi menjadi lebih disukai walaupun agak terlambat. Pada akhirnya, lagu-lagu dari masterpiece mereka bisa ditampilkan kembali secara langsung dihadapan para penggemar. Reuni nostalgia juga akan memperkenalkan sebuah band yang pernah besar pada masanya kepada musisi generasi berikutnya untuk menunjukkan kepada para penggemar musik generasi berikutnya mengapa band tersebut menjadi band kebanggan mereka.

‘Reuni’ Semu

‘Reuni jadi-jadian’ ini belum pernah terbayangkan dalam kondisi apa. Band dalam kategori ini melakukan reuni sekali tetapi tidak melibatkan semua atau beberapa pendiri band dengan alasan tertentu. Reuni semacam ini sering gagal dalam merepresentasikan ide, estetika dan integritas band tersebut. Sebagai contoh, misalnya anda menyaksikan konser The Who di abad 21 ini, sebenarnya anda tidak sedang menyaksikan The Who, karena mereka bukan The Who dengan keempat pendirinya. Mereka hanya sebuah high profile cover band. Ini sebuah bentuk ‘ejekan’ kepada personil asli sebuah band karena reuni membawa nama band mereka dengan menggandeng personil baru sehingga yang anda lihat bukan lagi kesatuan dari band tersebut.

Namun jika band tersebut tidak mengusung nama yang sama, tentu menjadi hal yang beda. Akhir-akhir ini, bahkan politik sudah memasuki ranah musik dan berperan dalam ‘’Reuni’ Palsu’ ini. Di Maine, Amerika Serikat, ada sebuah badan perwakilan yang mencoba menjadi jalur tersebut yang dinamakan An Act To Ensure Truth in Music Advertising. Ketentuan ini akan meminta grup band yang tidak menyertakan semua pendiri band untuk mengubah nama band sehingga tidak menyesatkan para penggemar nantinya. “Bowser” (alias Jon Bauman) dari Sha Na Na telah menunjukkan kepedulian dan integritasnya dan menjadi musisi yang paling santer menentang ‘Reuni’ Palsu. Dia bersedia bersaksi di pengadilan Maine jika mendapati ada sebuah pertunjukan yang digelar ‘reuni’ band dan akan membatalkan acara yang berisi ‘reuni’ band. ‘’Reuni’ Palsu’ memiliki daftar panjang termasuk Quicksilver Messenger Service (banyak tidak mengira Dino Valenti cocok tapi kalau tanpa John Cipollina?), Deep Purple, The Supremes, dan grup seperti The Coasters, Platters dan Drifters (yang sering gonta ganti personil seperti bermain kartu bahkan terjadi pada masa jaya mereka). Salah satu sham reunion terburuk dan sangat antusias dipublikasikan adalah terjadi pada tahun 2002 setengah dari formasi The Doors menggelar tour bersama Ian Astbury (The Cult) yang mencoba mengisi posisi yang ditinggalkan Jim Morrison. Namun untungnya, perwakilan John Densmore dan Morrison menghentikan aksi ‘mengejek’ ini melalu pengadilan sehingga mereka tidak bisa melakukan tour dengan nama The Doors, dan mereka harus memakai nama lain, Riders of the Storm. ‘Reuni’ Palsu yang lain adalah Dead Kennedys yang memutuskan reuni tanpa dan melawan keinginan sang vokalis/penulis lirik Jello Biafra karena ketegangan yang terjadi diantara mereka dan juga reuni band the Germs yang motifasinya hanya untuk memperkenalkan film baru tentang mereka dengan peran utama Shane West menggantikan Darby Crash yang makin memperkeruh suasana. Praktik-praktik ‘reuni’ yang terjadi dan mencurangi penggemar ini membuat mereka berfikir bahwa ini adalah band yang sama dengan yang mereka kenal pada waktu mereka berdiri atau terkenal dan tidak ada pergantian personil, dan itu yang dipermasalahkan. Band Flipper mampu melewati hal ini pada saat mereka reuni pada tahun 2002 setelah mengganti bassis mereka Will Shatter dengan cukup pintar mengusung nama Notflipper, walaupun pada akhirnya mereka menggunakan kembali nama Flipper. Black Sabbath menambah daftar ‘Reuni’ Palsu ketika mereka memutuskan reuni dengan formasi Ronnie James Dio tetapi kemudian menggelar tour dibawah bendera Heaven and Hell sehingga mereka tidak lagi dikatakan mencurangi penggemarnya. Beberapa grup yang termasuk dalam kategori ini menggunakan variasi nama untuk mengais penjualan tiket seperti Creedence Clearwater Revisted dan the New Cars (ketika Todd Rundgren memutuskan reuni pada tahun 2005 setelah meninggalnya sang bassis Benjamin Orr, tetapi menolak keterlibatan sang vokalis Ric Ocasek).

Mengerjakan Album Baru

Ini adalah langkah paling berani yang diambil sebuah band ketika memutuskan untuk melakukan reuni, dimana banyak dari mereka tidak pernah dan tidak sanggup melampaui level terbaik mereka. Sebuah resiko besar yang harus disandang ketika mereka memainkan karya lama mereka dan menulis karya baru setelah sekian lama tidak bersama. Dan yang harus digarisbawahi adalah fakta bahwa mereka harus mampu sejajar dengan karya terdahulu mereka. Banyak band tidak mau mencoba hal ini, karena takut akan meninggalkan warisan yang cacat dari katalog mereka nantinya. Banyak masalah akan muncul jika mereka nekat mencoba cara ini. Luka lama yang sepertinya bisa sembuh karena tour reuni bisa muncul kembali, dan menghancurkan harapan terwujudnya album baru. Band The Velvet Underground sangat pas dengan kategori yang satu ini, setelah pada tahun 1993 mereka menggelar tour reuni dan membahas akan adanya album baru, tapi dengan cepat batal karena Lou Reed dan John Cale tidak sependapat dalam beberapa hal seperti yang terjadi di masa lalu. Kadangkala sebuah band yang memutuskan untuk reuni harus mengadapi fakta bahwa mereka tidak lagi memiliki kecocokan dan keunikan dalam proses kreatif yang pernah membesarkan mereka. The Pixies menjadi contoh yang pas untuk kasus ini. Mereka ingin merekam album baru, namun akhirnya sadar bahwa mereka tidak memiliki situasi dan kondisi yang sama. Baik Pixies maupun The Velvets hanya mampu meniru satu dua lagu baru sebelum mereka mulai ‘hancur’ (anda bisa melihat juga dalam kasus The Beatles minus John Lennon ketika mereka dengan berani menggarap album Anthology). Untuk kategori ini memang jarang sekali dilakukan, namun ada beberapa band yang mampu melewati tantangan ini dengan merilis sebuah album reuni yang lebih baik. Mission of Burma kembali setelah 20 tahun vakum dengan dua album reuni yang tergolong sukses. Pada era 90an, Television dan the Buzzcocks juga merilis album baru setelah bertahun-tahun tidak aktif dan mereka masih mampu mempertahankan kualitas seperti awal mereka berdiri. Band Wire juga bisa masuk dalam kategori ini, namun mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menghasilkan album reuni yang bagus. Hal yang membuat album reuni ini sukses adalah tidak adanya tekanan dalam band itu sendiri dan tidak adanya espektasi yang berlebihan. Dan tak satupun dari band diatas meraih kesuksesan secara komersiil ketika mereka memulai karirnya. Sehingga ketika mereka memutuskan reuni, mereka tidak mengkhawatirkan harus muncul dengan lagu hit, tidak seperti band top 20. Mereka tidak perlu takut bahwa album reuni mereka terlihat seperti sebuah kegagalan jika tidak bisa menembus tangga lagu. Mereka membiarkan berjalan secara alami, dalam sebuah lingkungan tanpa tekanan yang membuat proses kreatif para personil band mengalir tanpa terganggu oleh tekanan dari manapun.